Senin, 04 November 2013

Teruntukmu,Perempuan hebat.

Ricca Ratni Silalahi

Aku mengenalmu,dan memanggilmu Mama sewaktu kecil.
Lidahku diajarkan untuk memanggilmu seperti itu.

Aku menyinggahi rahimmu selama 9 bulan,sama seperti adik-adik yang lain.
Kadang membuatmu kesakitan karena gerakan kami yang cukup aktif,kadang membuatmu dan pria hebat yang pernah mendampingimu dulu tidak tidur semalaman.

Kau perempuan paling cerewet yang pernah kami kenal. Bahkan pria hebat itu mengakui,dengan tampang seram dan badan besarnya tidak membuatmu gentar untuk memarahinya dengan cinta.

Tidak sering kau harus mencak-mencak karena anak-anakmu tidak mau tidur siang. Tidak sering kau harus mencari kami satu persatu lalu sesudah merasa semua terkumpul baru sadar bahwa ketika ditemukan satu,maka yang lain yang sudah ditemukan lebih dulu ternyata pergi lagi bermain. Masa kecil kami indah,Ma. Pria hebat itu sendiri sering meninggalkan kita karena tugas yang menuntutnya untuk pergi ke desa-desa tertinggal dan melayani penduduk yang miskin dan cacat di sana. Lalu pulang dengan membawa tugas yang kadang harus diselesaikan lagi sampai larut malam. Aku dan Anggi seringkali merecokinya dengan alibi ingin membantunya.Kau membiarkan kami meskipun pria itu selalu berkata "ajak tidurlah mereka berdua",kau menolak,kau paham bagaimana rindunya kami akan dia yang sering ke luar kota berminggu-minggu. Aku pernah membenci pria hebat itu ketika Kendy Tomi Nathanael Saputra Ginting kau lahirkan,Ma. Tidak ada lagi yang mengikat rambut dan mengantarkan aku ke sekolah,itu semua karena dia asyik bermain dengan anak lelakinya satu-satunya. Cemburu kepada saudara laki-lakiku sendiri, :)


3 Tahun yang lalu.

Pagi ini,3 tahun yang lalu aku mendapatimu dengan tatapan kosong. Disaat ketibaan kami yang membawa peti berisi pria yang sangat kau cintai. Aku tidak pernah melihatmu dengan tatapan seperti itu,sebelumnya. Aku histeris di hadapanmu,memelukmu dan membisikkan " dia pergi di pelukanku,Ma". Kau hanya terdiam,aku tahu saat itu,rasa tidak percaya membuat terdiam seperti orang bodoh. Pria yang sehari sebelumnya masih kau suapi saat sarapan pagi,masih mengantarmu dengan rasa sayang ketika pergi ke kampung lain. Pria yang di hari terakhir masa hidupnya mengatakan "Ma,aku pergi ya sayang". Kau tidak menyadari kalimat pamitnya. Menganggap bahwa itu kalimat romantis seperti biasa yang kerap dikatakannya.

3 Tahun sudah.

Pria itu pergi dengan 'tugas' yang belum selesai,dia menyerahkannya kepadamu. Mendampingi 6 anak buah cintanya bersamamu,mendampingi 6 anak yang isi kepala dan karakternya berbeda-beda. Bagaimana rasanya ,Ma? Aku tahu,tidak perlu kau jawab. Kita sering bertengkar hanya untuk hal-hal yang tidak perlu. Untuk aku yang tidak terlalu pintar memasak,but heiiii,aku sudah pintar lho Maaaa. Memang tidak seenak masakanmu. Tidak seenak yang dulu kau buatkan,yang mampu membuat aku dan pria itu berebutan di meja makan. Aku juga kadang membuatmu kesakitan di malam hari ketika tidur bersama. Tidurku yang tidak berubah dari kecil,lasak,membuatmu harus selalu menerima tendangan-tendangan kecilku ketika tidur bersama. Seperti pemain pencak silat.
Apa yang kau rasakan hari ini? Entahlah. Kau tidak pernah jujur tentang itu kepada anak-anakmu.
Hari ini,aku tahu kau sengaja pulang ke kampung. Tanpa ditanya kenapa pun aku sudah tahu jawabannya. Peringatan 4 November,kau pasti ingin menghiasi rumah baru pria itu dengan berbagai macam bunga.

Ma,kami tahu,kau sangat merindukannya.
Siapa yang tidak akan merindukannya. Pria dengan tampang seram namun menganggap semua anaknya seperti sahabat,pria yang membebaskan anaknya untuk berbagi cerita apa pun juga,bahkan tentang pasangan hidup sekali pun. Siapa yang tidak merindukannya kalau ingat bagaimana romantisnya dia kepadamu,aku masih ingat anniversary pernikahan kalian yang ke 25,Makan malam berdua saja. :)

Teruntukmu,Perempuan hebat,lewatilah tahun-tahun berikutnya dengan tetap semangat dan berpengharapan kepada Tuhan Yesus.

Echa,Anggi,Putri,Keke,Hana,Tomi selalu mengasihimu dan mendoakanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar