Rabu, 30 Oktober 2013

Ketika dia meminta menjadikanmu seorang isteri.

Panjang beneeerrr deh judulnya kali ini.
Trus,serius lagi.

Well,tulisan ini adalah buah dari pembicaraan keluarga hari sabtu kemarin.
Gimana rasanya setelah 2 keluarga bertemu untuk membicarakan hari pernikahan? Ya seneng,ya deg-degan. Seneng karena bentar lagi udah naik level statusnya,deg-degan dengan persiapannya.

Calon suami gue dulunya adalah type pria flamboyan yang gemar sekali mengumbar kata pernikahan melalui becandaannya,dan yaaa,as a girl,gue ngerti bangetlah perempuan yang sekali aja telinganya menangkap kata "menikah" dari seorang pria,pasti ngarep dinikahin. Beda sama gue,dulu. Menikah adalah momok menakutkan,gue ga bebas,ga bisa kesana-kemari seenak jidat,ga bisa main ama temen sampai larut malam,ga bisa ngelakuin hal-hal gila tanpa persetujuan. Intinya gue merasa,menikah mengikat gue untuk melakukan banyak hal. Tapi,setiap ada temen yang merencanakan pernikahan,gue yang paling heboh untuk bantuin,dan terharu di hari pemberkatan mereka.Karakter Aquarius gue emang keluar deh pokoknya.

Nah,2009 gue sempat punya calon suami. Gagal. :)
Ga malu cha cerita di sini? ya ga lah,kenapa harus malu dengan kegagalan kalau sekarang gue dapat yang jauh lebih baik dari sisi menghargai keinginan wanita*yaaahh,tetep yah,alasannya ya selfish banget*.
Gue dan mantan calon suami dulu sudah berencana untuk menikah 2011,seneng kah gue saat itu? Biasa aja. *ditampol mantan*. Eyaaa emang gue biasa aja,gue tetep cuek,dia muluuu yang cek gue di mana gue sama siapa. Berhubung kita beda kota dan beda pulau pula. Nyokapnya adalah orang yang paling seneng dengan hubungan gue dan dia,setelah dia yaaaa. Di tengah 'perjalanan' gue merasa ada yang salah sama hubungan gue dengan dia. Mulailah gue berulah,gue ga mau dong memaksa diri gue untuk menjadi apa yang mantan calon suami gue itu mau.Susyeee braaayyy *kibas2 rambut*. Dan yaaa,berakhirlah hubungan itu. Galau? Sedih? Uhuuuyyy,bangetlaaahhh. Tapi karena memang gue sendiri udah ga nyaman,ya moved on-nya ga lama. Hanya saja,menata hati untuk menerima yang lain yang rada lamaan,soalnya takut salah lagi.

Sebelum akhirnya menyetujui permintaan Hot untuk menjadi isteri,gue juga pernah dilamar sama mantan sebelum Hot. Malah lebih ekstrim lagiiiihh,2 bulan pacaran gue langsung diajakin buat ketemu sama orang tuanya. Waduuuhh,gue yang emang belum mau serius-serius amat (iiihh,belagu yah gue) ya jelas menolak dengan seribu satu alasan. Nah,sama yang ini gue bisa menjadi diri gue sendiri,bebassshhh kemana-mana tanpa harus laporan,bebasshh mau pergi sama siapa aja,tapi tetep harus di rumah sebelum jam 11 malem. Ga apa-apa lah yaaaa,yang penting gue ga terikat. Gue bayangin,sama dia bakalan asyik dah,habis nikah juga bakalan kaya begini terusss,seneng-seneng teruuss. Bisa dugem bareng entar,bisa traveling bareng. Selama ama dia ga kepikiran deh sama hal-hal yang namanya 'terikat'. And then,it came. Manusia berencana,orang ke-3 yang menentukan *apaaa banget*. Gue ga sadar,selama gue bahagia dengan hubungan yang tidak 'terikat' dan sedikit (banyak sih sebenarnya) cuek,gue dikagetkan dengan berita dia dekat dengan wanita lain. Yang sebelumnya gue anggap gossip,ternyata beneran aja dooong. Yaaah,berakhir deeeh ceritanya. Gue lumayan lama yah baru bisa moved on sama yang satu ini *pengakuan nista*. Eeeeehh,giliran gue moved on,die nya ga pernah rela kalau ada yang deketin gue. Mana bisa begituuuhh mas brooo. "Gue punya banyak harta,lu ga bakalan ga makan sama gue,gue bakal nikahin lu secepatnya,tapi please,tinggalin si PNS itu (Hot maksudnya)",ya ga mau lah gueeee. Udah bahagia malah disuruh pisah,enak ajeeee. Dan dia lupa satu hal,gue ga silau sama harta,tapi silau sama wajah tampan nan eksotis #lirik hot#ga eksotis#pasrah.

Dan sekarang,pas gue diminta jadi isteri dan gue setuju,it was waawwwwww,buat beberapa temen yang tahu gue gimana. Dan semakin waaawwww ketika tahu siapa yang bakal menjadi suami gue. Kalau kali ini,manusia berencana,Tuhan yang menentukan jodoh. Gue mintanya banyak,dikasihnya dalam satu manusia yang jauh dari ekspektasi gue. Tapi,gue malah bisa menyatu sama ini anak,yaaahh meskipun kadang kita suka berantem sampai ngambek-ngambekan gitu berdua,kaya anak kecil ga dikasih pinjem mainan,ngambeknya lucuuu. Tapi kalau berantem hebat,ga ada lucunya sama sekali. Ya menurut loooooo.....

Ketika gue diminta menjadi isteri,semua bayangan akan masa depan seorang isteri melintas lagi. Mengurus keluarga,rumah dan keuangan. Di samping itu,gue juga tetap berencana melanjutkan kuliah plus tetap kerja. Kuat Chaaa?? Kuat dooong,Echaaaa..
Ketika diminta menjadi isteri,akhirnya semua keegoisan lo harus dikikis perlahan. Isteri bukanlah seseorang yang mendominasi suami,isteri adalah seseorang yang selalu memberi support kepada suami. Bukan menjadi penguasa keuangan tetapi mengatur keuangan. Bukan menjadi penentu sebuah keputusan tetapi menjadi teman berbagi untuk mengambil keputusan. Bukan pendidik,tapi harus bisa mendidik. Bukan koki hebat,tapi harus pintar memasak. Bukan make up artist,tapi harus pintar berdandan. Bukan puteri Keraton,tapi Batak Keraton,eeeehh maksud gue harus lemah lembut.

Selamat Pagiii.. dan Selamat beraktivitas. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar